Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

Pelaksanaan Yadnya

Bukan hanya dalam bentuk upacara yadnya dengan menggunakan persembahan berupa banten / upakara saja, melainkan Yadnya dapat dilaksanakan dalam bentuk yang beragam karena yadnya itu merupakan segala bentuk kegiatan atau pengorbanan yang dilakukan dengan tulus ikhlas tanpa mengharapkan pamrih. Sehingga dengan demikian, Yadnya dapat dilakukan dalam bentuk yang bermacam-macam. Ada yadnya yang dilaksanakan dalam bentuk persembahan dengan menggunakan sarana berupa banten / sesajen, dalam bentuk pengorbanan diri yaitu pengendalian diri, mengorbankan segala aktivitas, mengorbankan harta benda dan pengorbanan dalam bentuk ilmu pengetahuan. Bentuk yadnya ini diuraikan / dijelaskan secara tegas dalam kitab Bhagavadgita IV.28 yang isinya adalah sebagai berikut: “Dravya-yajnana tapo yadnya yoga-yajna tathapare svadhyaya-jnana-yajnas ca yatayah samsita-vratah” Terjemahannya: “Setelah bersumpah dengan tegas, beberapa diantara mereka dibebaskan dari kebodohan dengan cara mengorbankan harta b...

Latar Belakang Yadnya

Yadnya dalam ajaran agama Hindu merupakan suatu bentuk kewajiban yang harus dilakukan oleh umat Hindu dalam kehidupanya sehari-hari.Sebab Tuhan menciptakan alam semesta beserta isinya melalui yadnya. Tanpa Yadnya oleh Sang Hyang Widhi maka alam semesta beserta segala isinya tidak akan pernah ada. Oleh karena itu, hendaknya kita sebagai manusia wajib memelihara dan mengembangkan alam semesta ini.Kita dapat melaksanakan yadnya kepada Sang Hyang Widhi secara tulus ikhlas agar selalu diberikan waranugraha agar alam semesta ini tetap terjaga. Yadnya dalam agama Hindu merupakan bagian yang utuh dari seluruh ajaran dan aktivitas agama.Bahkan yadnya merupakan unsur yang sangat penting, bagaikan kulit telor yang membungkus bagian dalamnya yang merupan inti dari telor itu sendiri, seperti itulah yadnya dengan upacara dan upakarnya merupan kulit luar yang tampak dan dilaksanakan dalam kehidupan keagamaan sehari-hari. Yadnya tidak hanya menandakan identitas keagamaan, tetapi lebih dari pada itu...

Makna Filosofi Penampahan Hari Raya Galungan

Sehari sebelum hari raya Galungan umat Hindu di Bali umumnya menyiapkan perayaan Galungan dengan memotong hewan seperti ayam dan babi untuk pesta perayaan Galungan.Pengertian itu sesungguhnya suatu pemahaman yang sangat awam, namun hal itulah yang jauh lebih mentradisi daripada arti sesungguhnya Penampahan Galungan itu. Penampahan Galungan dalam wujud ritual dirayakan dengan upacara Natab Sesayut Penampahan atau disebut dengan Sesayut Pamyak Kala Laramelaradan.Makna dari prosesi ritual ini adalah untuk mengingatkan umat agar membangun kekuatan Wiweka Jnana atau membangun kekuatan diri untuk mampu membeda-bedakan mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang baik dan mana yang buru. Mana yang patut dan mana yang tidak patut.Sehingga, dengan demikian secara tegas dapat kita menghindar dari kesalahan-kesalahan yang dapat membawa kita pada kehidupan yang adharma.Jadi penyembelihan ayam dan babi itu sesungguhnya sebagai simbol untuk menyembelih sifat-sifat serakah suka bertengkar sepert...

Perbedaan Galungan di Bali dan Luar Bali

Galungan di Bali dan luar Bali (Jawa) tentu saja berbeda.Perayaan Galungan di Bali dan di Jawa sedikit berbeda.Pelaksanaan Galungan di Bali sering di gunakan sebagai ajang untuk adu gengsi dan pamer kemewahan sehingga setiap perayaan Galungan umat Hindu Bali saling berlomba membuat sesaji, banten dan penjor semewah mungkin.Berbeda dengan umat Hindu diluar Bali (Jawa), mereka melaksanakan Galungan hanya dengan sesaji, banten dan penjor yang sederhana.Perbedaan pelaksanaan ini mungkin dikarenakan jumlah umat yang berbeda di dua tempat ini. Di Bali jumlah umat Hindu sangat dominan sehingga mereka beradu gengsi antara umat yang satu dengan yang lain, tidak seperti umat di Jawa yang jumlah umatnya tidak sebanyak di Bali sehingga pelaksanaannya pun sederhana.

Latar Belakang Hari Raya Galungan

Kata "Galungan" berasal dari bahasa Jawa Kuna yang artinya menang atau bertarung. Galungan juga sama artinya dengan dungulan, yang juga berarti menang. Karena itu di Jawa, wuku yang kesebelas disebut Wuku Galungan, sedangkan di Bali wuku yang kesebelas itu disebut Wuku Dungulan. Namanya berbeda, tapi artinya sama saja. Seperti halnya di Jawa dalam rincian pancawara ada sebutan Legi sementara di Bali disebut Umanis, yang artinya sama: manis. Hakikatnya Galungan adalah perayaan menangnya dharma melawan adharma.Selain itu, Galungan pada hakikatnya untuk mensinergikan kekuatan suci yang ada dalam diri setiap manusia untuk membangun jiwa yang terang untuk menghapuskan kekuatan gelap (adharma) dalam diri. Sejarah hari raya galungan berasal dari kepercayaan Hindu di Bali. Seorang asura bernama Mayadenawa adalah bakta Siva yang sangat tekun, dengan memuja Siva, ia memohon kekuatan agar mampu melakukan perubahan wujud. Dewa Siva berkenan muncul dan mengabulkan keinginannya.Ada ahir...

12 Aspek Surya, Sakadwipa, Kereta Dewa Surya dan Manvantara

Dua Belas Aspek dari Surya Dewa matahari memanifestasikan dirinya menjadi dua belas aspek yang berbeda.Ini dinamakan sbagai para aditya dan mereka adalah Indra, Dhata, Parjana, Pusa, Tvasta, Aryama, Bhaga, Visvana, Visnu, Amsu, Varuna dan Mitra. Dalam peranya sebagai dewa indra makadewa surya menjadi pemimoin para dewa dan menjadi raja mereka. Kereta Dewa Surya Kerta dewa surya berwarna keemasan dan ini di buat sendiri oleh dewa brahma. Nama kusir yang mengendarainya adalah Aruna.kereta ini di tarik tujuh kuda yang bernama Gayatri, Tristupa, Jagati, Anstupa, Pankti,Vrhati dan Usnika. Sakadwipa Di sebutkan bahwa bumi terdiri dari tujuh wilayah(dvipa) dank e tujuh wilayah ini adalah Jambudvipa, Plaksadvipa, Samaladvipa, Kusadvipa, Krouncadvipa, Puskaradvipa, da sakadvipa. Manvantara Manvantara adalah sbuah kurun waktu yang sangat panjang dimana di mana I stiap manvataranya itu di pimpin oleh Manu di sebut bahwa ada empat belas manvatara dan setelah empatbelas manvatara itu berlalu maka ...

Wanita, Masa Depan dan Raja Zaman Kali

Wanita dan Pernikahan Menurut bhavisya purana, wanita harus cepat-cepat dinikahkan, usia terbaik bagi seorang anak gadis untuk menkah adalah usia tujuh pada saat anak itu menginjak usia gouri, oilihn yamg kedua adalah .sedangkanrajasvala adalah usia yang buruk untuk menikah. Tentang Masa Depan Karena bagaimanapun juga ini adalah topik yang paling menyenangkan di bicarakan. Ini di awali dengan ramalan tentang naiknya manu ke tahta kerajaan dan di akhiri dengan ramalan ramalan datangnya kerajaan inggris ke india dan pemerintahan permaisuriVictavati (Victoria). Namun juga ada enjelasan tentanhg raja-raja yang memerintah di masa depan. Ada keterangan tentang Timur, Babar,Humayun, Sher Shah, Akbar, Salem, Aurangzeb, Shivaji dan Mhadevji Sindi. Raja-raja Pada Zaman Kali Bagianyang paling penting dari penjlasan ini adalah adanya katalok dari raja-raja yang akan memerintah pada jaman kaliyuga.Namun matsya purana dan vayu purana juga menyebutkanbahwa bhavisya purana merupakan sumber segala...

Sumbang Sedekah, Kasata, Masalah Pendidikan dan Upah dalam Bhavisya Purana

Sumbang Sedekah Kekayaan yang di sumbangkan tidak akan pernah sia-sia.oleh karena itulah adalah tindakan yang terbaik jika kekayaan itu di sumbangkan.  Lebih lagi, sebuah daksina (biaya) harus di belikan ketika hendak memberikan sumbangan tertentu, kalau kalau tidak maka upacara sperti itu tidak akan sempurna atau lengkap. Kasata Kasta di bagi menjadi empat yaitu Brahmana, Ksatria, Vaisya, dan Sudra. Brahmana adalah mereka yang memuja Brahma. Ksatria adalah mereka yang bertugas untuk serangan musuh. Vaisya adalah mereka yang bertugas untuk mengembangkan pandangan. Sydra adalah mereka yang tidak boleh mempelajhari kitap suci Masalah Pendidikan Setelah menuntut ilmu siswa berkewjiban uhntuk menyenangkan gurunya dengan membrikan persebahan baihk berup tanah, emas, sebuah, panyung, sandal, pakaian bhkan makanan dah benda lain yang.disebutkan ada lima dehgan penjelasan berikut: Acarya adalah guru guru yang mngajarkan rahasia pengetahuan dari veda(kalpa rahasia). Upadhayana adalah...

Vrata dengan Dewa Surya dalam Bhavisya Purana

Vrata-vrata Lainnya Bhavisya Purana juga menyebutkan beberapa vrata yang lainya, meskipun tidak menyebutkan scara terperinci tentang kesluruhan ritualnya. Ubhayadvadasi vrata memberikan pahala yng melebihi tirtyatra ke tempat-tmpat suci sperti Gaya, puskara, Varanasi dan Prayoga. Dengan melakukan Tilaka vrata degan ritual pmakaian Tilaka (sebuah tanda) pada dahi seseorang maka musuh dan roh jahat tidak berkutik. Jatismara vrata yaitu melakukan tirakat tidak berbicara hingga bulan menampakn di langit, paa malam hainya.Untuk mendapatkan pahala seseorang tidak harus slalu melakukan vrata yang di maksut.Meskipun hanya dengn membaca dan mengethui (vidhi) persyaratanya saja maka sesorang juga sudah mndapatkan sedikit pahalanya. Misal, Rasakalyani vrata, dimana dewi parwati harus dimandikan (Dalam wujud patung beiau) dengan mentega murni  kemudian di lakukan puja untuk beliau. Orang yang mendengarkan Vidhi dari Mandarasthi vrata akan mendapatkan pembebasan dari dosa dosanya. Banyak...

Sang Brahma dan Sang Hantu dalam Bhavisya Purana

Sungai vetravati adalah sungai yang mengalir di spanjang kota vidisa. Pada suatu hari seorang Brahmana kebetulan bertemu dengan seorng hantu yang sedang terkaar di pesisir sungai Verati. Sang Brahmana merasa tergugah hatinya untuk membantu sang hantu, “Mengapa anda di siksa sperti itu ?” Tanya sang Brahmana. “Dalam kelahiran sebelumnya aku adalah seorang vaisya yang bernama Sailabhadra” jawab sang hantu, “Aku tinggal di kota Vidisa. Aku adalah orang kaya dan berhasil memelihara rumah tanggaku dengan baik.Aku menyipan kekayaanku.Namun aku memiliki ketertarikan yang amat besar pada benda-benda itu hinga aku tidak pernah mmbantu para Brahmana dengan memberikan sumbangan pada mereka.Aku tidak mnghormati.Aku tidak pernah mmuja tuhan.Karena aku tidak pernah berbuat baik pada mereka yang bukan keluargaku, maka setelah meninggal aku di hokum seperti ini.Aku tidak sanggup menahan rasa sakit ini lagi. Tlong selamatkan aku dari kutukan ini” Sepuluh tahun yang lalu aku telah melakukan Sukradvad...

Upacara Agama dan Syamala dalam Bhavisya Purana

UPACARA AGAMA Untuk mendapatkan berkah dari para dewa maka manusia harus melakukan upacara agama (vrata), berpuasa scara periodic (uavasa) dan menyembhkan sedekah.Sebelum melakukan sbuah vrata, seorang hndaknya melakukan upacara atau ritual pendahuluan sbelum mlakukan vrata, ini di maksutkan untuk mensucikan diri sendiri. Vrata sebenarnya berasal dari kebudayaan para rsi dewa.Merekalah yang mengajarkan kepada umat manusia untuk mlakukan vrata agar keinginan mereka tercapai.Kemudian dari mereka yang tlah mendapatkan berbagai hasil dari vrata yang mereka lakukan telah menurunkan kebiasakan itu pada yang lainya da demikian seharusnya. Dan ini kbetulan terjadi pada syamala dalam kisah di bawah ini. SYAMALA Di kota mithilia hidup seorang wanita urmila. Urmila memiliki seorang putra dan seorang putri. Pada suatu kesempatan anak-anaknya sangat lapar dan ia terpaksa harus mencuri bebrapa makanan milik tuanya. Beberapa waktu berlalu putri urmila yang bernama syamala, tumbuh besar menja...